Magelang1337.com - Bagaimana jadinya jika data penting yang kita miliki tersebar dan disalahgunakan oleh pihak tak bertanggung jawab? Tentu akan merugikan bukan? Inilah yang kerap dilakukan hacker ketika membobol data dan menggunakanya untuk kejahatan yang merugikan. Tak hanya secara personal, tindakan pembobolan kerap terjadi pada perusahaan atau situs tertentu.
Selain kerugian secara materi (uang), data yang berhasil dibobol hacker kerap dimanfaatkan untuk tindak penipuan dengan menggunakan identitas korban. Ini bisa membuat nama baik korban tercemar.
Siapa Penemu Hacker?
Tercatat, orang yang pertama kali melakukan aksi peretasan ialah Nevil Maskleyne. Namanya tertulis dalam sejarah sebagai peretas telegraf pada tahun 1903.
Apakah Semua Hacker itu jahat?
Walaupun kata hacker di indikasikan sebagai penjahat dunia maya, hacker tak selalu orang jahat. Hacker merupakan orang yang mempunyai kemampuan teknologi tinggi. Juga mempunyai skill tentang komputer, jaringan, pemrograman, atau hardware.
Hacker yang belum diketahui identitasnya
Seperti yang terjadi baru-baru ini, kita dihebohkan dengan bocornya data Tokopedia oleh hacker yang belum diketahui identitasnya. Kejadian ini membuat sekitar 91 akun dan 7 juta merchant berhasil dibobol. Bahkan diklaim hacker telah berhasil menjual data pengguna senilai USD 5.000 atau sekitar 74 juta di dark web. Namun, tak berselang lama pihak Tokopedia dibantu pakar keamanan siber mengungkapkan identitas hacker bernama Raid Forums. Tak hanya kasus Tokopedia, selama ini banyak juga hacker yang sudah melancarkan aksinya dan belum diketahui identitas secara personal.
WHO Jadi Target Serangan Hacker
Dalam situasi pandemi Covid-19 ini, tak hanya virus corona yang mengancam dunia. Baru-baru ini terdengar kabar bahwa WHO (World Health Organization) menjadi target serangan hacker. Menurut Flavio Aggio, Chief Information Security WHO mengatakan bahwa tindakan hacker meretas WHO memang belum berhasil. Akan tetapi hacker yang melancarkan aksinya tersebut belum diketahui identitasnya.
Baca Juga : Aksi Hacker Setelah Berhasil Bobol Email
Meskipun demikian, sejak dunia menghadapi pandemi ini, banyak hacker yang mencoba meretas sistem keamanan WHO. Serangan hacker tersebut berupaya mengambil password yang digunakan staffnya dari beberapa agensi. Tujuan serangan tersebut memang belum diketahui secara jelas.
Hacker Bobol Data Pengguna Zoom
Pada masa pandemi ini, aktivitas kerja kantor, sekolah, atau kuliah mulai beralih melalui sistem daring atau online. Salah satu cara mereka saling berkomunikasi yakni mengguakan aplikasi zoom. Setelah zoom banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, akhir-akhir ini terdengar kabar bahwa zoom berhasil diretas hacker.
Baca Juga : Hacker Melumpuhkan Jaringan Listrik Di Beberapa Kota
Perusahaan Amerika Serikat cybersecurity menemukan sekitar 530 ribu data pengguna zoom dijual di dark web. Hal ini tentu membuat resah pengguna zoom seluruh dunia, termasuk Indonesia. Walaupun belum diketahui secara pasti identitas hacker yang melancarkan aksi jahatnya tersebut, pihak Zoom akan terus meningkatkan sistem keamaannya.
Hal tersebut dibuktikan dengan pihaknya yang telah merekrut Alex Stamos (mantan kepala keamanan Facebook) dan juga bekerja sama dengan perusahaan keamanan cybersecurity untuk melindungi data pengguna.
Kasus Hacking Samsung Could
Pada awal tahun 2020 yang lalu, Korea Selatan tengah diserang hacker khususnya pengguna Samsung Could. Hacker menyerang para selebriti dengan mengambil data yang tersimpan di penyimpanan Could pengguna. Tindak kejahatan tersebut memiliki motif memeras uang korban dan mengancam jika tidak diberikan sesuai permintaan, data korban berupa foto, video, hingga pesan teks akan disebarkan.
Baca Juga : Teknik Hacking Dengan Sniffing
Hacker mengirimkan pesan ancaman kepada korban hingga kolega korban untuk mendapatkan sejumlah uang yang mereka inginkan. Bukan jumlah yang sedikit, berdasarkan informasi Dispacth dalam laman channel.vlive.tv, pelaku meminta tebusan uang sejumlah 50 juta – 1 miliar won.
Belum diketahui secara jelas identitas hacker tersebut, namun berdasarkan penelusuran tim, peretas adalah sekelompok hacker yang aktif di luar Korea. Hal ini didukung dengan pesan teks yang dikirimkan ke korban menggunakan bahasa Korea yang masih terbata-bata dan banyak kalimat yang terbalik susunannya.
Aptoide, Toko Aplikasi Dibobol Hacker
Salah satu toko Aplikasi Android selain PlayStore yakni Aptoide yang belum lama ini berhasil dibobol hacker. Aptoide telah memiliki pengguna setidaknya 150 juta dengan 1 juta aplikasi di dalamnya. Pada April 2020 lalu, Forbes melaporkan bahwa toko aplikasi tersebut berhasil dibobol. Hacker mencuri setidaknya data dari 20 juta pengguna Aptoide dan membagikan hasil curiannya ke forum hacker.
Baca Juga : Mau jadi Hacker Pro? Pelajari Kemampuan ini
Belum diketahui secara pasti siapa hacker yang mencuri data pengguna tersebut. Namun, pihak Aptoide menyarankan agar pengguna segera mengganti password yang lebih kuat dan aman. Usahakan tidak menggunakan password yang sama untuk beberapa akun. Hal tersebut berisiko lebih besar dibobol hacker tidak hanya satu akun, namun banyak akun sekaligus.
Walaupun sudah banyak hacker yang tertangkap dan dikenakan hukuman. Namun, masih ada saja hacker yang berkeliaran dan melancarkan jahatnya. Di tengah kemajuan teknologi yang makin canggih, identitas hacker juga menjadi lebih sulit diketahui.